Pages

Banner 468 x 60px

 

Senin, Januari 07, 2019

IPTEK

0 komentar
Iman, Amal, dan IPTEK sebagai Satu Kesatuan

Al-qur’an al-Karim merupakan mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad saw yang bersifat abadi. Ia merupakan sumber hidayah, pengetahuan, teknologi, serta sumber kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Kandungan al-qur’an bersifat universal, mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan penelitian.

Ayat-ayat yang pertama kali diturunkan (Al-‘alaq:1-5), justru mengandung perintah untuk mempelajari ilmu pengetahuan dengan baca dan tulis serta mengembangkannya melalui penelitian, seperti untuk mengetahui kekuasaan dan keajaiban-Nya dalam menciptakan manusia dari segumpal darah. Misalnya, firman Allah:

اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّكَ الَّذِىۡ خَلَقَ​ۚ‏ ﴿96:1﴾ خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ​ۚ‏ ﴿96:2﴾ اِقۡرَاۡ وَرَبُّكَ الۡاَكۡرَمُۙ‏ ﴿96:3﴾ الَّذِىۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِۙ‏ ﴿96:4﴾ عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡؕ‏ ﴿96:5﴾

Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang telah mengajari manusia dengan perantaraan kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-‘alaq: 1-5)

Rangkaian ayat di atas menunjukkan pentingnya memiliki kemampuan membaca dan menulis, menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan, serta mengadakan penelitian dari ayat-ayat Allah. Hal itu tidak saja pada ayat-ayat quraniyah tetapi juga kauniyah, yaitu alam ciptaan-Nya seperti langit, bumi dan seisinya agar dapat menghasilkan kemajuan ilmu dan teknologi.

Ilmu pengetahuan ibarat binatang buruan, dan tulisan sebagai tali pengikat. Oleh karena itu, berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditulis dan disusun, baik berbentuk karya tulis ilmiah dari hasil penelitian maupun dengan menggunakan media lainnya. Hal itu dilakukan agar tidak mudah hilang dan dapat dipelajari manusia dari generasi ke generasi.

Ayat lain yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan adalah sebagaimana firman Allah pada surah Az-zumar: 9:

أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Artinya: “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui? sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (Az-Zumar: 9)

Al-qur’an juga mendorong manusia untuk menguasai dan mengembangkan teknologi, baik teknologi pertanian, peternakan, kedokteran, maupun teknologi yang lain yang bermanfaat untuk masyarakat. Sehingga terciptalah berbagai jenis barang elektronik, mobil, kapal laut, pesawat terbang, satelit, roket, dan lainnya.

Al-qur’an mempersilahkan manusia untuk menjelajah, melintas, dan menembus penjuru langit, dan bumi sebagai antariksawan. Misalnya, firman Allah pada surah ar-Rahman ayat 33:

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ ﴿٣٣﴾

Artinya: “Hai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (teknologi)”. (Q.S. Ar-Rahman: 33).

Sedangkan dorongan Al-qur’an untuk mengembangkan penelitian antara lain dapat dilihat di dalam isyarat firman-firman Allah di bawah ini:

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ

Artinya: “Dan , mengapa mereka tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka?” (Q.S. Ar-Rum: 8).

(22) وَفِي الأرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ (21) وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ

Artinya: “Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan? (Az-Zariyat: 20-22).

Kata “afala tubshirun” (apakah kamu tiada memperhatikan?) di dalam Al-qur’an diulang-ulang sampai lima kali. Ini menunjukkan betapa pentingnya untuk mengadakan penelitian, sedangkan isyarat “unzhur” disebut sebanyak 26 kali, “unzhuru” sebanyak 9 kali. Al-qur’an juga banyak mengandung ungkapan problematik sejak 14 abad yang lalu, yang kemudian telah dibuktikan oleh penemuan-penemuan ilmiah, antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:

a.       Para ahli menafsirkan “zarrah” dengan “atom” sesuai dengan pengertian bahasa dewasa ini, berpendapat bahwa Al-qur’an telah mengoreksi teori Demokritos yang menganggap “atom” bagian terkecil dari segala benda. Allah berfirman dalam surah Saba’ ayat 3:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَأْتِينَا السَّاعَةُ ۖقُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ عَالِمِ الْغَيْبِ ۖلَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا أَصْغَرُ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرُ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Artinya: “Dan orang-orang yang kafir berkata: Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami. Katakanlah: Pasti datang, demi Tuhanku Yang mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada seberat zarrah pun yang ada di langit dan ada di bumi yang tersembunyi dari pada-Nya dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuz)”.

b.      Ketika Al-qur’an memaparkan peristiwa Ash-Habul Kahfi (sekelompok pemuda yang memasuki gua) sebagai manifestasi kekuasaan Tuhan terhadap waktu dan kehebatan genggamannya terhadap perbedaan gerak, sebagaimana difirmankan dalam surah Al-Kahfi ayat 25:

وَلَبِثُوا۟ فِى كَهْفِهِمْ ثَلَٰثَ مِا۟ئَةٍ سِنِينَ وَٱزْدَادُوا۟ تِسْعًا

Artinya: “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun lagi”.

c.       Energi yang pada abad ke XX ini merupakan kebutuhan pokok hidup manusia yang tersimpan dalam tumbuh-tumbuhan sebagai akibat proses potosintesis telah diisyaratkan dalam surah Yasin ayat 80:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ [٣٦:٨٠]

Artinya: “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu menyalakan (api) dari kayu itu”.

Zat hijau daun atau klorofil yang ada pada daun serta ranting-ranting pohon yang berperan dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga kimia melalui potosintesis. Proses yang ditemukan baru pada akhir abad 18 ini telah diisyaratkan oleh Tuhan dalam kitab suci-Nya yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw pada sekitar abad ke 7 Masehi.

d.      Salah satu gejala besar dewasa ini yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan adalah masa “The Expanding Universe” kosmos yang mengembang. Hal ini sesuai dengan tafsir yang telah diterbitkan oleh Majlis Tinggi Urusan Agama Islam di Kairo, telah diisyaratkan Al-qur’an:

وَٱلسَّمَآءَ بَنَيْنَٰهَا بِأَيْي۟دٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

Artinya: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa meluaskannya”. (Az-Zariyat: 47).

e.       Demikian pula teori gerakan bumi, baik mengenai peredarannya mengitari matahari maupun gerakan lapisan perut bumi telah diisyaratkan Al-qur’an:

وَتَرَى ٱلْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِىَ تَمُرُّ مَرَّ ٱلسَّحَابِ ۚ صُنْعَ ٱللَّهِ ٱلَّذِىٓ أَتْقَنَ كُلَّ شَىْءٍ ۚ إِنَّهُۥ خَبِيرٌۢ بِمَا تَفْعَلُونَ

Artinya: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh setiap sesuatu, sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (An-Naml: 88).

Jelaslah bahwa Islam dengan Al-qur’an dan Hadis mengandung segala peraturan pola kehidupan manusia di dunia, termasuk dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka sering menyangkal bahwa ilmu pengetahuan berseberangan dengan ilmu agama. Agama sebagai penghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sungguh, klaim ini tidak sesuai dengan ajaran Islam dan kenyataan yang terdapat di dalam ayat-ayat sucinya.

Teknologi

Teknologi (technology) terdiri dari kata technique dan logie. Technique, secara harfiah berarti rancang bangun tentang sesuatu, sedangkan logie berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian, teknologi secara harfiah adalah ilmu tentang teknik. Teknologi adalah perpaduan antara teknik dan ilmu pengetahuan atau penggunaan ilmu pengetahuan yang mendasari teknik atau penggunaan teori-teori ilmu pengetahuan dalam rancang bangun tentang sesuatu. (Abuddin Nata, 2010: 243).

Pengertian teknologi yang lain adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandar kepada proses teknis tertentu. (Tim Departemen Agama RI, 2004: 45).Dalam pembahasan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari segi Islam, sudah selayaknya bila kita meneliti kembali sumber ajarannya yaitu al-qur’an mengenai hal tersebut. Karena “pengembangan” merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan. (Achmad Baiquni, 1996 : 65)

Apabila kini orang mengatakan ilmu pengetahuan dan juga teknologinya sudah maju degan pesat sudah mencapai tingkat yang sangat mengagumkan, kita tidak dapat membuat kalkulasi berapa prosen pengetahuan yang telah mampu digali oleh manusia dari pengetahuan yang Allah turunkan dalam bentuk wahyu dan dalam bentuk sunnatullah. Manusia tidak dapat membuat prediksi kandungan pengetahuan di alam ini. Setiap massa ilmuan selalu menghasilkan penemuan-penemuan baru diberbagai bidang.

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang bersumber dari alam ini, Allah memerintahkan agar kita selalu menggalinya, melakukan perjalanan, pengamatan, penelitian, sebagaimana Allah nyatakan dalam firman-Nya:

قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ ثُمَّ ٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ

Artinya: Katakanlah:“Bepergianlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu”.(QS. al-An’am (6):11)

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, manusia hanyalah subjek yang menemukan, mengolah, dan merumuskan sehingga lahir sebuah teori. Manusia bukanlah pencipta. Sekecil dan sesederhana apapun ilmu pengetahuan itu, sumbernya tetap dari Allah SWT. Dalam rangka tugas kekhalifahannya, manusia terus berupaya dan berusaha mencari tahu bagaimana cara memanfaatkan alam yang terhampar luas ini.

وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi   semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan) Alloh bagi kaum yang berpikir”. (QS. al-Jatsiyah (45): 13)

Belajar, mencari dan mengembangakan ilmu pengetahuan dengan membaca, mencoba, memperhatikan, menyelidiki dan merumuskan susatu teori hendaklah semuanya dilakukan dengan berbasis iman. Tuhan mengajar manusia apa yang belum diketahuinya. Allah menciptakan pendengaran, peglihatan, dan hati agar dapat memahami apa yang Allah ajarkan, baik yang Allah turunkan melalui wahyu-Nya maupun yang Allah turunkan melalui fenomena alam ini. Al-Qur’an  memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya.

فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَآءِ أَخِيهِ ثُمَّ ٱسْتَخْرَجَهَا مِن وِعَآءِ أَخِيهِ ۚ كَذَٰلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ ۖ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِى دِينِ ٱلْمَلِكِ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَٰتٍ مَّن نَّشَآءُ ۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِى عِلْمٍ عَلِيمٌ

Artinya: “Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki, dan diatas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui”. (QS. Yusuf (12): 76).

Kita tidak boleh berhenti mencari ilmu, menurut Nabi kewajiban mencari ilmu dimulai dari bayi sampai akhir hayat. Kewajiban ini bukan hanya milik laki-laki, tetapi juga wanita. Dalam hal ini secara sederhana peran umat islam sekarang ini adalah mengintegrasikan islam dan IPTEKdalam proses pembentukan manusia yang berakhlak mulia dan berilmu pengetahuan sehingga peran aktif umat islam dapat dilaksanakan bagi kenyamanan hidup umat manusia.

0 komentar:

Posting Komentar